Beritapacitan.com, PACITAN – Anik (50), pedagang baju asal Arjowinangun, sudah bertahun-tahun menggantungkan hidup dari lapaknya di Pasar Minulyo. Namun sejak Juni 2022, pasar yang dulunya ramai mulai sepi. Penurunan paling terasa dialami pedagang kaos, terutama saat Ramadan terakhir.
Menurut Anik, salah satu penyebab utamanya adalah maraknya penjualan daring. “Orang sekarang lebih senang beli online. Tidak repot, tinggal klik, barang datang.” ujarnya sambil melipat dagangan, pada Selasa (15/4/2025).
Sebagian pedagang mencoba mengikuti tren dengan beralih ke penjualan digital. Namun keterbatasan sumber daya manusia membuat usaha itu tidak semudah membalik telapak tangan. “Kami sudah tidak muda lagi bingung mulai dari mana,” imbuhnya kepada Beritapacitan.com
Akibatnya, banyak pedagang di Pasar Minulyo hanya bisa bertahan sekadarnya meski dagangan kian menumpuk, mereka tetap membuka lapak, berharap ada satu-dua pembeli yang masih setia datang.
Diketahui untuk sewa los, pemerintah tetap mematok harga bagian depan dikenai biaya Rp2,5 juta per tahun sementara bagian belakang sebesar Rp2 juta, bagi sebagian pedagang angka ini cukup berat namun mereka tetap berusaha memenuhi kewajiban tersebut, meski kondisi kian terhimpit.
“Namanya juga usaha. Selama masih bisa bertahan, ya dijalani saja,” tutup Anik. (*)