Beritapacitan.com, PACITAN– Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, mencatat bahwa minat generasi milenial untuk bertani kian merosot. Kultur atau budaya di sekitar lingkungan menjadi penyebab utama.
“Banyak dari milenial beralih ke pekerjaan di kota. Pertanian dianggap kurang menarik dan kurang menghasilkan,” ungkap Kepala Bidang Ketahanan Pangan, Agus Rustamto, pada Senin (5/2/2024).
Agus menjelaskan bahwa penurunan drastis minat petani ini dipengaruhi oleh beberapa kultur masyarakat setempat yang dianggap sebagai penyebab utama.
“Banyak petani milenial cenderung lebih memilih pekerjaan di sektor non-pertanian, terinspirasi oleh tren urbanisasi dan gaya hidup modern,” imbuhnya.
“Ditambah lagi, keterbatasan dukungan infrastruktur dan teknologi di sektor pertanian turut mengintervensi, sehingga minat anak muda cenderung ke arah modernisasi,” sambungnya.
Agus memaparkan bahwa terdapat enam teori untuk mengembangkan minat pemuda di sektor pertanian, yaitu: pemerintah, finansial, kultur, supporting, SDM, dan marketing.
“Kami memandang masih kurang satu poin. Kita tahu bahwa pemerintah sudah andil, lembaga KUR sudah ada, support keluarga berupa lahan juga sudah ada. Termasuk pasar juga tersedia,” urainya.
Agus menyebutkan, SDM anak muda di Pacitan hampir mayoritas bergelar sarjana. Tapi sangat disayangkan kultur di wilayah menggiring anak muda enggan menjadi petani.
Sebagai upaya mengatasi penurunan minat petani milenial, DKPP Pacitan mengembangkan program pendampingan dan bimbingan bagi generasi muda yang tertarik berkecimpung dalam pertanian.
“Tujuannya untuk memberikan pemahaman lebih dalam tentang potensi dan keuntungan sektor pertanian yang sering dipandang sebelah mata,” jelas Agus.
Selain itu, Pemkab Pacitan saat ini tengah merancang insentif finansial melalui berbagai program untuk memantik partisipasi anak muda agar kian aktif di sektor pertanian.
“Harapannya, langkah-langkah ini dapat memberikan dorongan positif dan mengubah tren penurunan minat petani milenial di Pacitan menjadi pertumbuhan yang berkelanjutan,” pungkas Agus Rustamto. (Im/yf/Red)