Beritapacitan.com, Pacitan – Kementerian Agama Kabupaten Pacitan terus berupaya memperkuat ketahanan keluarga melalui program Bimbingan Perkawinan (Bimwin) bagi calon pengantin.
Program ini tidak hanya bertujuan memberikan pemahaman tentang makna pernikahan, tetapi juga menjadi strategi dalam mencegah perceraian dan stunting.
Fasilitator Bimwin, Farida Ismawati, menyampaikan bahwa keluarga merupakan fondasi penting dalam pembangunan sumber daya manusia. Oleh karena itu, calon pengantin perlu dibekali dengan ilmu dan wawasan agar mampu membangun keluarga yang tangguh dan tidak mudah goyah saat menghadapi persoalan.
“Urgensi pembangunan keluarga sangat penting. Dengan bimbingan perkawinan, diharapkan calon pengantin dapat membina keluarga yang tidak mudah retak ketika ada masalah,” ungkapnya.
Farida juga menyoroti peran penting Kepala Seksi Bimbingan Masyarakat Islam (Kasi Bimas) dalam menyukseskan program ini, terutama dalam hal dukungan moril dan motivasi, meski terkendala keterbatasan anggaran.
“Program Bimwin menyasar mahasiswa dan remaja usia nikah, agar mereka menyadari bahwa pernikahan adalah hal yang sakral dan tidak bisa dijadikan main-main. Pengambilan keputusan untuk menikah harus melalui persiapan yang matang,” tambahnya.
Materi yang disampaikan dalam program Bimwin mencakup lima aspek utama: membangun landasan keluarga sakinah, dinamika perkawinan, membangun generasi berkualitas, menjaga kesehatan reproduksi, dan perencanaan keuangan keluarga.
Kemenag juga memasukkan isu pencegahan stunting dalam bimbingan dengan menyajikan materi kesehatan reproduksi.
Harapannya, calon pengantin memahami bahaya pernikahan di usia dini serta pentingnya menjaga kesehatan reproduksi sebagai langkah awal menciptakan keluarga sehat.
“Efektivitas program ini perlu diuji melalui penelitian lebih lanjut terhadap calon pengantin yang telah mengikuti bimbingan,” ujar Farida.
Ia menambahkan, tingginya angka perceraian menjadi alasan utama pentingnya pembekalan emosional dan mental bagi calon pengantin.
Dengan pembinaan yang tepat, diharapkan mereka mampu mengelola emosi dan menyelesaikan masalah rumah tangga dengan kepala dingin.
“Harapan ke depan, keutuhan rumah tangga bisa terwujud dengan ikhtiar sungguh-sungguh. Pasangan muda jangan gampang menyerah saat menghadapi persoalan,” pesannya.
Farida menilai, tantangan terbesar dalam membina rumah tangga adalah kondisi ekonomi serta minimnya pengetahuan tentang kehidupan pascapernikahan.
“Pesan kami kepada calon pengantin: belajar sungguh-sungguh, jauhi pergaulan bebas, siapkan mental, fisik, dan ekonomi sebelum memulai ikatan pernikahan,” tandasnya.