Beritapacitan.com, PACITAN – Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan mencatat adanya penurunan jumlah siswa di jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) dalam beberapa tahun terakhir, meskipun angkanya tidak signifikan.
Data menunjukkan bahwa pada 2023 terdapat 15.393 siswa baru, tahun 2024 turun menjadi 15.422 siswa dan tahun 2025 kembali berkurang menjadi 15.410 siswa.
Kepala Bidang SMP Dindik Pacitan, Fandi Normansyah, mengungkapkan sejumlah faktor yang menjadi penyebab tren penurunan tersebut, serta berbagai upaya yang telah dilakukan untuk mengatasinya.
Fandi menjelaskan bahwa penurunan jumlah siswa SMP tidak lepas dari menurunnya jumlah lulusan dari tingkat pendidikan sebelumnya.
“Penyebab pertama, inputnya SMP dari SD juga menurun, dan input SD dari TK-nya juga menurun. Ini mungkin efek dari program keluarga berencana dari sisi kependudukan,” jelasnya kepada Beritapacitan.com, Selasa, 15 April 2025.
Selain itu, pergeseran minat masyarakat terhadap sekolah berbasis keagamaan juga turut berpengaruh.
“Kemudian ada faktor transformasi ke sekolah yang berbasis keagamaan, masyarakat minatnya juga ke sana,” tambahnya.

Faktor lain yang disebutkan Fandi adalah perpindahan penduduk atau mutasi ke luar daerah. Banyak siswa yang mengikuti orang tuanya merantau atau bekerja di luar Pacitan.
“Termasuk juga siswa-siswa yang tinggal di wilayah perbatasan seperti Wonogiri, banyak yang akhirnya bersekolah di daerah sebelah,” jelasnya.
Namun demikian, Dindik Pacitan juga mencatat adanya siswa mutasi masuk dari luar daerah, meski jumlahnya tidak cukup signifikan untuk menutupi angka penurunan.
Sebagai bentuk respons, Dindik Pacitan telah melakukan berbagai upaya untuk menarik kembali minat masyarakat terhadap sekolah negeri. Salah satunya dengan meningkatkan muatan keagamaan di sekolah-sekolah negeri.
“Karena masyarakat itu ada yang suka sekolah religius, kita meningkatkan seperti shalat berjamaah di sekolah, hafalan, sholawatan, bahkan ada yang mengadakan murotal atau ngaji di sekolah,” jelas Fandi.
Ia juga menegaskan pentingnya kerja sama dengan lembaga keagamaan lokal, seperti madrasah diniyah, dalam mewujudkan program “sekolah sak ngajine” sesuai arahan Bupati.
“Meskipun sekolah negeri, kita tetap menambahkan pembiasaan religius seperti salat Dhuha, salat Zuhur berjamaah, ngaji, dan sholawatan,” tambahnya.
Fandi mengimbau kepada kepala sekolah dan guru-guru untuk terus berinovasi dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat.
“Paradigma pendidikan sekarang lebih pada pembentukan karakter anak melalui pembelajaran religius sesuai kepercayaan masing-masing. Yang penting adalah pembiasaan, seperti salat berjamaah, ngaji, murojaah, target hafalan juz 30, dan kajian kitab,” tandasnya.