Beritapacitan.com, PACITAN – Gerakan mahasiswa kerap diasosiasikan dengan demonstrasi jalanan, penuh spanduk dan orasi. Namun, PMII Komisariat STAINU Pacitan mencoba menghadirkan wajah lain yang lebih kreatif dan membumi.
Mahasiswa, kampus, dan jajaran kepolisian dipertemukan dalam suasana santai yang dirangkai dengan diskusi, musik, hingga literasi. Sebuah langkah kecil, namun menyimpan pesan besar tentang bagaimana ruang mahasiswa dapat menjadi jembatan dialog dan kolaborasi.
Suasana berbeda memang terasa di halaman Kampus STAINU Pacitan malam itu. Puluhan mahasiswa berkumpul dengan antusias, menyambut kehadiran Kapolres Pacitan AKBP Ayub Diponegoro Azhar, S.H., S.I.K., M.I.K. bersama jajaran.
Kehadiran mobil perpustakaan keliling dari Disperpusda menambah nuansa edukasi sekaligus menguatkan pesan bahwa ruang mahasiswa tak hanya bicara aksi, tapi juga literasi.
Ketua PMII STAINU Pacitan, Diki Kurnia, menegaskan bahwa agenda ini akan dijadikan tradisi baru menjelang Masa Penerimaan Anggota Baru (MAPABA).
Menurutnya, mahasiswa baru perlu mengenal PMII bukan hanya dari wajah demonstratif, tetapi juga dari ruang kreatif yang inklusif.
“Insyaallah Kopi Bolo Bhabin ini jadi tradisi tahunan. Mahasiswa baru akan mengenal PMII bukan hanya lewat orasi, tetapi juga melalui ruang diskusi, seni, dan literasi. PMII adalah rumah gagasan sekaligus ruang jejaring,” ujarnya. Kamis malam (18/9/2025).
Antusiasme juga datang dari jajaran kepolisian. Wakapolres Pacitan, Kompol Dwi Jatmiko, S.H., S.I.K., M.I.K., yang hadir mewakili Kapolres, menyampaikan apresiasi tinggi atas inisiatif mahasiswa.

“PMII STAINU luar biasa karena mampu menghadirkan diskusi santai dengan kepolisian. Kopi Bolo Bhabin memang kami dorong agar polisi lebih dekat dengan masyarakat, khususnya mahasiswa sebagai agen perubahan,” tegasnya.
Dari pihak kampus, Fatih Al Fahmi, M.Pd.I, mewakili STAINU, juga menilai kegiatan ini sebagai momentum kolaborasi yang produktif.
“Selamat datang Bapak Wakapolres di kampus hijau STAINU. Semoga kerja sama ini terus berlanjut dan memberi manfaat nyata bagi mahasiswa,” ungkapnya.
Selain ruang dialog, acara ini juga diperkaya dengan bazar buku, panggung ekspresi mahasiswa, dan bincang harokah yang terbuka untuk umum.
Semua dikemas tanpa sekat, menghadirkan atmosfer yang merangkul literasi, budaya, dan silaturahmi.
Kehadiran perpustakaan keliling menjadi simbol penting, mahasiswa tidak hanya diajak untuk bersahabat dengan polisi, tetapi juga untuk membangun kedekatan dengan buku.
Dengan demikian, Kopi Bolo Bhabin bukan sekadar agenda seremonial, melainkan ruang perjumpaan yang menghidupkan kembali tradisi literasi di tengah mahasiswa, sekaligus memperkuat sinergi kampus, masyarakat, dan kepolisian.(*)