Beritapacitan.com, PACITAN – Saat matahari belum sepenuhnya membuka cahayanya di Dusun Laban, Desa Sambong, Kecamatan Pacitan, seorang anak laki-laki telah melangkah keluar rumahnya.
Arya Dwi Afandi, anak kedua dari tiga bersaudara, menjalani rutinitas yang tidak biasa bagi kebanyakan anak seusianya berjalan kaki menembus jalan setapak licin dan berbatu selama 30 menit demi sampai ke sekolah.
Ayah Arya bekerja sebagai kuli bangunan dengan penghasilan yang tidak menentu, sementara ibunya menjadi asisten rumah tangga.
Kondisi ekonomi keluarga yang terbatas membuat biaya sekolah menjadi beban berat, apalagi dengan dua saudara yang juga masih menempuh pendidikan kakak Arya di SMA dan adik yang baru memulai taman kanak-kanak.
Jalan yang Arya lalui bukan jalan biasa. Tidak beraspal, tidak tersentuh kendaraan umum, hanya jalan setapak yang berkelok di antara semak dan jurang. Namun, itu bukan penghalang bagi Arya.
“Saya ingin terus sekolah, tapi kadang bingung soal biaya seragam dan buku. Orang tua susah mencari uang,” ujar Arya, Senin, (9/6/2025).
Harapan Arya kini bertumpu pada Sekolah Rakyat di Pacitan, sebuah lembaga pendidikan berasrama gratis yang dirancang untuk membantu anak-anak dari keluarga kurang mampu di daerah terpencil.
Diterimanya Arya sebagai calon peserta didik membuka pintu kesempatan yang selama ini terasa jauh.
“Saya senang bisa tinggal di asrama. Jadi, saya tidak perlu lagi capek berjalan jauh setiap hari. Fokus belajar juga jadi lebih baik,” tegasnya.
Lebih dari sekadar pendidikan, Arya memandang Sekolah Rakyat sebagai titik balik hidupnya.
Ia berambisi melanjutkan ke sekolah kedinasan agar kelak bisa mengabdi kepada masyarakat dan mengangkat derajat keluarganya yang selama ini bergelut dengan keterbatasan ekonomi.
Bagi Arya, sekolah Rakyat adalah solusi konkret, menjembatani kesenjangan dan memberi ruang bagi mimpi-mimpi yang selama ini terkungkung oleh kerasnya realitas.(*)