Beritapacitan.com, PACITAN — Jika di kota orang berebut diskon di mal, di pesisir Pacitan warga justru berebut kerang, gurita, dan babi laut.
Musim surut atau “asat segoro”, istilah lokal untuk laut yang minggir jauh dari bibir pantai, kembali hadir membawa berkah bagi warga sekitar Pantai Kali Uluh, Kecamatan Kebonagung.
Begitu air laut mundur bak film Tsunami, batu-batu karang pun terbuka, memperlihatkan beragam biota laut yang bikin semangat warga memuncak.
Dari kerang, ikan kecil, gurita, hingga hewan berduri yang secara misterius dinamai “babi laut”, semua siap disambar.
“Dulu ikut bapak cari Usal. Kadang dapat gurita juga. Kalau hoki, bisa makan enak, sisanya dijual ke tetangga,” ujar Lutfi Abdul Majid Amin (23), warga Desa Gawang yang sejak kecil sudah langganan berburu kerang, Kamis, 17 April 2025.
Paling umum, warga mendapatkan usal atau kerang lokal yang mirip keong.
“Usal kalau diolah (masak) rasanya maknyus,” ucapnya.
Tapi jika beruntung, bisa pulang bawa gurita segede galon atau ikan yang nyasar dan lupa jalan pulang.
Yang bikin nyentrik, alat tempurnya bukan jaring canggih atau alat selam. Warga cukup bersenjatakan ember bekas cat, karung plastik, dan tongkat besi.
Suprapti (49), warga Desa Klesem, mengaku sudah puluhan kali menyatu dengan bebatuan dan bau amis.
“Ini bukan sekadar cari makan. Ini kebiasaan yang diwariskan sejak lama, bagian dari cara hidup kami,” ungkapnya kepada Beritapacitan.com
Ia mengaku, kadang cuma dapat sedikit, kadang melimpah. Tapi bukan jadi soal.
“Kalau sabar, bisa dapat banyak, saya kumpulkan satu per satu pakai ember ini kadang dapat gurita juga, atau babi laut. Alhamdulillah, rezeki,” tutupnya. (*)