Beritapacitan.com, PACITAN – Di tengah geliat wisata alam yang selama ini menjadi wajah Pacitan, Dinas Pariwisata mulai menengok potensi lain yang tak kalah menarik wisata religi.
Kepala Disparbudpora Turmudi memaparkan, momentum Hari Santri menjadi pijakan awal untuk menumbuhkan semangat baru di sektor ini.
“Ini bagian dari pengembangan kepariwisataan. Dalam momentum Hari Santri, kami berharap santri bisa ikut diberdayakan, bukan hanya sebagai penikmat, tapi juga pelaku wisata,” ujar Turmudi, Selasa, (21/10/2025).
Ia mencontohkan, di lingkungan pesantren, para santri sejatinya memiliki pengetahuan mendalam tentang sejarah dan tradisi keislaman di wilayahnya.
“Mereka bisa menjadi pemandu wisata religi. Siapa lagi yang lebih paham tentang pesantren dan kisah perjuangan para kyai, kalau bukan santri itu sendiri,” katanya.
Lebih jauh, ia menyebut makam para syuhada dan ulama Pacitan sebagai ruang yang menyimpan potensi wisata spiritual yang belum banyak tergarap.
“Santri bisa menjelaskan detail sejarah perjuangan itu. Momentum Hari Santri ini harus jadi refleksi bersama, bahwa wisata tak melulu pantai dan gua, tapi juga ziarah dan napak tilas nilai-nilai keislaman.”
Soal kolaborasi, Dinas Pariwisata mengaku sudah menyiapkan langkah awal untuk menggandeng pesantren dan tokoh agama.
“Pacitan ini gudangnya pesantren, salah satunya Tremas yang sudah terkenal. Ke depan kami ingin berkolaborasi, tentu dengan izin Mbah Kyai dan para pengasuh. Kita tak bisa sembarangan masuk ke ranah pesantren, harus dengan tata krama dan aturan lembaga,” ungkapnya.
Menurutnya, wisata religi bisa memberi dampak ekonomi yang nyata. Ia mencontohkan, momen santri kembali ke pesantren setelah libur panjang sering kali diikuti orang tua mereka.
“Itu sudah bentuk kunjungan wisata tersendiri. Ribuan santri pulang ke pesantren, otomatis yang mengantar juga ribuan. Mereka menginap, makan, belanja di sekitar lokasi. UMKM ikut hidup,” ujarnya.
Meski begitu, Dinas Pariwisata belum memiliki peta jalan pengembangan wisata religi secara formal. Namun arah itu, katanya, sudah mulai dirancang.
“Untuk denah dan konsep wisata religi memang belum tertulis, tapi pemikirannya sudah ada. Kita ingin ini berkembang bersama, lintas bidang dari seni, budaya, hingga ekonomi kreatif. Semua harus jalan bareng,” tegasnya.
Hari Santri tahun ini seolah menjadi penanda kecil bahwa geliat pariwisata Pacitan tak hanya berpijak pada ombak dan karang.
Ada napas lain yang tumbuh dari tanah pesantren di mana nilai, sejarah, dan spiritualitas berkelindan menjadi daya tarik tersendiri bagi siapa saja yang ingin mengenal Pacitan lebih dalam.(*)