Beritapacitan.com, Pacitan – Rumah produksi kerupuk milik Abdul Rohman (67), warga RT 01 RW 01 Lingkungan Purworejo, Kelurahan Baleharjo, Kecamatan Pacitan, ludes dilalap api pada Selasa siang, 22 Juli 2025.
Kebakaran hebat yang terjadi sekitar pukul 10.30 WIB itu menghanguskan bangunan berukuran 6×6 meter yang selama lebih dari satu dekade menjadi tempat tinggal sekaligus lokasi usaha rumahan Abdul.
Kakek pembuat kerupuk tersebut hanya bisa berdiri terpaku di tengah arang, kayu gosong, dan puing-puing sisa bangunan yang tak lagi bisa dikenali.
Bersama seorang warga, Abdul berusaha menyusuri reruntuhan, berharap masih ada peralatan usaha yang bisa diselamatkan.
“Lagi cari kompor,” ucapnya pelan kepada Beritapacitan.com.
Namun harapan itu pupus. Semua alat produksi kerupuknya, tungku, kompor, timbangan, hingga loyang, habis tak bersisa.
“Kompornya tidak ketemu,” lanjutnya lirih.
Api diketahui menyebar cepat dan memicu kepanikan warga sekitar.
Kepala Bidang Pemadam Kebakaran Satpol PP Pacitan, Sugito, mengatakan api diduga berasal dari uap panas minyak goreng yang tersambar api saat proses memasak kerupuk.
“Diduga akibat uap panas dari minyak tersebut tersambar api, sehingga memicu kobaran,”* jelas Sugito saat dikonfirmasi di lokasi kejadian.
Tiga unit mobil pemadam kebakaran dikerahkan untuk menjinakkan api agar tak merembet ke bangunan lain.
Meski tak ada korban jiwa, kerugian diperkirakan mencapai puluhan juta rupiah. Aparat masih melakukan penyelidikan lebih lanjut guna memastikan penyebab pasti kebakaran.
Abdul yang tinggal di rumah itu bersama anak perempuannya dan seorang cucu, kini harus memulai segalanya dari nol.
Istrinya telah lama tiada, dan usaha kerupuk tersebut menjadi sumber penghidupan satu-satunya.
“Sudah tidak ada yang bisa diselamatkan. Semuanya hangus,” tuturnya dengan suara bergetar.
Meski sebagian rumahnya masih bisa ditempati karena api tak menjalar ke kamar tidurnya, Abdul tak punya pilihan lain selain bertahan.
“Ya masih di sini. Setelah kebakaran ini, ya semampunya dibenahi,” ucapnya tabah.
Meski kehilangan segalanya, Abdul tetap mencoba tegar. “Harus sabar, sedikit-sedikit dibenahi lagi,” tutupnya.