Beritapacitan.com, PACITAN — Di semester 6 ini, Diki Kurnia kembali menggoreskan ceritanya. Ia kini memimpin Komisariat STAINU Pacitan.
Tepat pada hari ini, Minggu, 18 Mei 2025, dalam forum RTK X yang digelar di Auditorium STAINU Pacitan, Diki resmi terpilih sebagai Ketua Komisariat STAINU Pacitan untuk periode 2025/2026.
Mengusung tema “Meretas Jalan Kebangkitan: Menyatukan Militansi dan Intelektualitas Kader PMII”, pelantikan ini menjadi tonggak baru bagi perjalanan aktivisme Diki.
Ada yang menarik dari sosok muda satu ini. Bukan karena ia viral, bukan pula karena prestisenya sebagai Ketua di setiap organisasi.
Melainkan karena kisah hidupnya yang jujur, penuh luka, jatuh, lalu bangkit dengan keberanian yang tak banyak dimiliki anak muda. Namanya Diki Kurnia. Inilah narasi tentang langkah kecil yang mampu menggerakkan perubahan besar.
“Kamu boleh kuliah, tapi pakai biaya sendiri. Bapak Ibu sudah tidak ikut,”
kalimat itu tak akan pernah ia lupakan dari orang tuanya.
Lulusan pondok pesantren tahun 2022 ini menelan pahitnya kenyataan dalam diam. Namun dari diam itu tumbuh tekad. Bukan dendam, melainkan mimpi yang tak padam.
Berbekal semangat dan sepasang tangan yang siap bekerja keras, Diki bekerja di usaha laundry sambil menunggu pendaftaran kuliah.
“Saya pernah gagal beternak ayam,” katanya suatu ketika, dengan suara tenang seperti air yang menyembunyikan arus deras di bawahnya.
Hingga akhirnya, semesta seolah membuka jalan. Ia lolos sebagai penerima Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIPK) setelah bersaing dengan puluhan pendaftar lainnya.
“Saya merenung waktu itu. Rasanya seperti hidup diberi kesempatan kedua,” ungkapnya.
Namun hidup tak berhenti pada kata “diterima.” Ia tahu, mahasiswa KIPK harus aktif dalam organisasi. Maka ia pun bergabung dengan PMII dan BEM bukan karena kewajiban, melainkan panggilan nurani.
Dari Kampus ke Konten
Di tengah dinamika kampus, Diki mulai menyalurkan suaranya di dunia digital. Ia menjadi content creator edukasi yang berbicara tentang pendidikan, agama, kepemimpinan, dan kehidupan mahasiswa.
“Saya ingin membranding diri lewat konten dan kegiatan saya. Biar orang tahu, anak daerah juga bisa bersuara dan memberi makna.”
Lambat laun, like dan followers bermunculan. Tapi popularitas tak membuatnya kehilangan arah.
“Kalau hanya ingin viral, saya bisa buat konten lucu. Tapi saya ingin membangun kesadaran. Maka saya pilih jalan yang lebih sunyi: edukasi,” tambahnya.
Perjalanan Aktivisme
Dari Ketua Kelas saat Semester 1 tahun 2022, menjadi Wakil Presiden Mahasiswa Semester 3, kemudian didapuk sebagai Koordinator Daerah Aliansi BEM Pacitan, hingga menjabat Presiden Mahasiswa STAINU Pacitan di Semester 5 jejak kepemimpinan Diki seperti tangga yang ia daki perlahan tapi pasti. Hingga di semester 6 ini dia terpilih sebagai Ketua Komisariat STAINU Pacitan.
Meski banyak yang coba menjegal, memfitnah, hingga menyebar ujaran kebencian, Diki tetap melangkah.
“Saya belajar bahwa pemimpin itu bukan soal disukai banyak orang, tapi soal berani berbuat meski dalam sunyi,” ucapnya.

PMII dan Jiwa Kaderisasi
Sebagai Wakil Ketua Kaderisasi PMII Rayon Sunan Kalijaga, Diki menunjukkan komitmen kuat dalam mencetak kader berintegritas.
“Kaderisasi bukan hanya soal merekrut orang, tapi soal menumbuhkan jiwa,” ujarnya tegas.
Dan tak hanya di kampus. Jejak kepemimpinannya juga telah tertanam sejak dulu:
- Wakil Ketua Rayon IPSBI Sugihwaras (2018–2019)
- Ketua Ranting IPSBI PP An-Nur Pringkuku (2019–2022)
- Ketua Organisasi Santri Pondok (2019–2020)
- Ketua OSIS MA Annur (2020–2021)
- Anggota Wakil Ketua 1 PC IPNU Pacitan
IPK Tinggi, Integritas Lebih Tinggi
Di tengah kesibukan organisasi dan aktivitas konten, IPK Diki konsisten di atas 3,60. Bukan sekadar angka, tapi bukti bahwa idealisme tak harus menjauh dari prestasi akademik.
Kini, di usia 21 tahun, Diki juga aktif sebagai jurnalis muda di media PMII dan media lokal. Ia menulis dengan ketajaman rasa, berbicara dengan daya gugah yang memikat. Tak berlebihan jika ia disebut sebagai “orator kampus” sekaligus “penulis perubahan.”
“Menjadi pemimpin bukan tentang posisi, tapi tentang kontribusi. Saya ingin menciptakan ruang partisipatif dan menghadirkan energi kebersamaan di setiap program yang dijalankan,” jelasnya.
Biodata Singkat
Nama: Diki Kurnia
Tempat/Tanggal Lahir: Pacitan, 28 Januari 2004
Asal: Desa Dersono, Pringkuku, Pacitan, Jawa Timur
Aktivitas: Mahasiswa, Aktivis, Content Creator, Jurnalis.
Akhir Kata
Diki Kurnia bukan sekadar pemuda dari desa yang berhasil masuk kampus. Ia adalah simbol keberanian, ketekunan, dan suara baru aktivisme PMII yang menjembatani perjuangan di dunia nyata dengan inspirasi di dunia maya.
Ia bukan hanya pemuda yang memimpin. Tapi pemuda yang belajar, berbagi, dan bertahan. Dan dari Pacitan yang sunyi, ia menulis narasi perlawanan dengan cara berbeda: lewat karya, konten, dan keteladanan.
“Yang lebih penting adalah ilmu, pengalaman, jaringan, dan kemampuan bertahan dalam segala kondisi. Itu bekal utama dalam memimpin,” tandasnya.