Beritapacitan.com, PACITAN – Sekolah Rakyat di Pacitan bertambah menjadi dua lembaga, yakni SRMA23 Pacitan dan SRMA46 Pacitan. Namun, dari 100 kuota yang dibuka untuk SRMA46, hingga 24 September 2025 baru 48 siswa yang terisi.
Meski demikian, Dinas Sosial memastikan kegiatan belajar tetap dimulai sesuai jadwal pada 30 September 2025.
Plt. Sekretaris Dinas Sosial Kabupaten Pacitan, Luky Puspitosari, menjelaskan bahwa SRMA46 merupakan sekolah rakyat kategori 1C yang memanfaatkan gedung Balai Latihan Kerja (BLK).
Pembukaan lembaga ini sudah mendapatkan surat keputusan bupati dan dilaporkan ke Kementerian Sosial.
“Kuota SRMA46 adalah 100 siswa, namun baru terisi 48. Tanggal 30 September insyaallah sudah dimulai MPLS, siswa masuk asrama dan mengikuti pembelajaran meskipun kuota belum terpenuhi,” kata Luky, Rabu (24/9/2025).
Secara nasional, sekolah rakyat terbagi ke dalam tiga kategori. Tipe 1A tersebar di 65 kabupaten/kota, 1B di 35 kabupaten/kota, dan 1C di 65 kabupaten/kota. Pacitan masuk dalam dua kategori, yaitu 1A dan 1C.
Luky menilai lambatnya pemenuhan kuota karena penetapan tambahan sekolah rakyat baru dilakukan ketika tahun ajaran sudah berjalan.
Padahal sasaran utama sekolah ini adalah anak tidak sekolah (ATS), terutama lulusan SMP yang tidak melanjutkan ke jenjang SMA, maupun siswa SMA kelas 1 yang putus sekolah.
Untuk mempercepat pengisian, Dinsos berkoordinasi dengan UPT Dinas Pendidikan agar data anak dari keluarga desil 1 dan 2 dapat digunakan sebagai dasar seleksi.
Selain itu, pendamping Program Keluarga Harapan (PKH), Bhabinkamtibmas, Babinsa, serta jajaran Koramil dan Polsek ikut dilibatkan dalam sosialisasi.
“Rata-rata calon siswa berasal dari keluarga penerima PKH, sehingga strategi ini diharapkan efektif,” imbuhnya.
Terkait pemberitaan sebelumnya mengenai 12 siswa yang keluar dari sekolah rakyat, Luky menegaskan hal itu terjadi di awal pendaftaran, bukan setelah satu setengah bulan mengikuti kegiatan belajar.
“Itu terjadi pada saat awal MPLS, jadi bukan keluar setelah lama belajar. Kendala utamanya karena penyesuaian dengan kehidupan di asrama yang lebih disiplin,” jelasnya.
Luky menambahkan, sekolah rakyat bukan pendidikan militer, namun siswa harus beradaptasi dengan pola hidup tertib dan aturan asrama.
Edukasi kepada anak dan orang tua menjadi penting agar tujuan program dipahami dengan baik.
Dari sisi sarana, pembangunan gedung SRMA46 di BLK sudah mencapai 97 persen dan dipastikan siap dipakai pada 30 September. Siswa dari SRMA23 dan SRMA46 akan digabung di gedung utama timur Wisma Atlet.
“Ke depan, sekolah rakyat di Pacitan akan dikembangkan menjadi satu lokasi terpadu yang menampung siswa SD, SMP, hingga SMA. Target realisasinya dalam 2 hingga 3 tahun,” terang Luky.(*)