Beritapacitan.com, PACITAN – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) merilis peringatan dini cuaca untuk Jawa Timur, Selasa 19 Agustus 2025
Kabupaten Pacitan termasuk wilayah dengan potensi hujan intensitas sedang hingga lebat, disertai kilat, petir, dan angin kencang. Kondisi ini diperkirakan berlangsung sejak pukul 13.00 hingga 16.00 WIB.
Dalam rilis resmi, BMKG menyebut hujan deras diperkirakan lebih dulu terjadi di Kecamatan Sudimoro, lalu meluas ke Donorojo, Pringkuku, Punung, Pacitan, Kebonagung, Arjosari, Nawangan, Bandar, Tegalombo, Tulakan, dan Ngadirojo.
Hujan dengan karakter ekstrem ini berpotensi menimbulkan bencana hidrometeorologi, seperti banjir lokal di kawasan perkotaan, pohon tumbang di jalur utama, hingga tanah longsor di wilayah perbukitan selatan dan utara Pacitan.
Fenomena hujan deras memang bukan hal baru bagi masyarakat Pacitan. Letak geografis kabupaten ini yang berbatasan langsung dengan Samudra Hindia membuat perubahan cuaca cepat terjadi, terutama pada musim peralihan.
Data BPBD Pacitan mencatat, pada awal tahun 2025 sedikitnya tiga kejadian tanah longsor terjadi di Nawangan dan Bandar, sementara luapan air sungai juga sempat merendam sejumlah rumah di Arjosari.
Situasi siang ini memperlihatkan indikasi potensi yang dimaksud BMKG. Di kawasan perkotaan Pacitan, hujan deras mengguyur dengan intensitas tinggi. Genangan air setinggi mata kaki tampak menutup sebagian ruas jalan di depan SD Negeri Pucangsewu. Beberapa pengendara motor menepi, menunggu hujan mereda karena jarak pandang terbatas.
BPBD Pacitan mengimbau warga agar lebih waspada, terutama di daerah rawan longsor dan bantaran sungai. Kesiapsiagaan warga dinilai penting untuk meminimalisir dampak cuaca ekstrem.
“Kami minta masyarakat tidak mengabaikan peringatan dini BMKG. Jika ada kejadian darurat, segera laporkan ke BPBD atau perangkat desa agar bisa ditangani cepat,” terang Radit, BPBD Pacitan.
Sejalan dengan itu, pemerintah daerah bersama relawan kebencanaan terus meningkatkan koordinasi. Informasi cuaca BMKG dijadikan acuan untuk menyiagakan tim reaksi cepat (TRC) di sejumlah titik rawan.
Dengan kondisi geografis Pacitan yang kompleks, langkah mitigasi dinilai lebih efektif ketimbang menunggu hingga bencana benar-benar terjadi.(*)