Beritapacitan.com, PACITAN – Setiap bulan Agustus, gemuruh musik rontek dan gerak tari menjadi denyut nadi perayaan kemerdekaan di Pacitan.
Dari dusun hingga desa, dari halaman sekolah sampai panggung lapangan, semua berlomba menampilkan yang terbaik. Namun, di balik kemeriahan itu, ada sosok yang diam-diam jadi rebutan, pelatih tari.
Anisia Puji Lestari kini sedang naik daun. Mahasiswi semester 7 STKIP PGRI Pacitan asal Kebonagung ini hampir tak punya waktu luang sejak awal Agustus.
Pagi bisa di sekolah, siang di dusun, malam pindah ke desa lain. Semua jadwal padat dengan latihan tari dan rontek.
Anisia bukan sekadar pelatih biasa. Jejak prestasinya sudah melampaui batas daerah. Belum lama ini, ia memenangkan lomba tari di ajang National Dance Competition iForte sebuah pembuktian bahwa bakat lokal Pacitan mampu bersaing di panggung nasional.
“Dari kecil saya memang suka tari. Alhamdulillah, sekarang bisa menjadi jalan rezeki sekaligus menjaga budaya tetap hidup. Apalagi di bulan Agustus, hampir setiap hari saya mengisi jadwal latihan di tempat yang berbeda,” kata Anisia kepada Beritapacitan.com, Selasa, 19 Agustus 2025.
Selain sibuk melatih dari desa ke desa, Annisa juga membuka sanggar tari di rumahnya bernama Griyo Laksito Budoyo.
Di sana, puluhan anak hingga orang dewasa belajar menari bersamanya.
“Alhamdulillah banyak yang bergabung. Dari anak kecil sampai dewasa, mereka semangat ikut latihan. Saya ingin sanggar ini jadi wadah menyalurkan bakat sekaligus melestarikan budaya,” tambahnya.
Baginya, tari tidak hanya soal koreografi. Namun nilai kebersamaan, disiplin, dan cinta budaya yang ia sisipkan di setiap gerakan.
Itulah yang membuat banyak dusun, desa, hingga sekolah memercayakan latihan kepada Anisia.
Fenomena ini memperlihatkan wajah lain dari perayaan Agustusan, bahwa generasi muda Pacitan mampu menjadikan seni tari bukan hanya sebagai hiburan, melainkan ruang prestasi, identitas budaya, sekaligus sumber penghidupan.(*)