Beritapacitan.com, PACITAN – Hidup di usia senja seharusnya menjadi masa menikmati ketenangan bersama keluarga.
Namun, nasib berbeda dialami Kadinem (65), seorang lansia dhuafa yang tinggal seorang diri di RT 07, RW 02, Dusun Krajan, Desa Wonosidi, Kecamatan Tulakan, Kabupaten Pacitan.
Perempuan sepuh ini menjalani hari-harinya di rumah yang sudah tidak layak huni.
Atapnya bocor, dinding mulai rapuh, dan lantai tanah yang dingin menjadi saksi bisu kehidupannya yang penuh keterbatasan.

Sejak lama, ia hidup tanpa pasangan dan tidak pernah memiliki anak.
Keluarga terdekatnya hanyalah seorang ponakan yang tinggal berbeda rumah.
Dwi Susilo, perwakilan Komunitas Petarung Kehidupan yang baru-baru ini menjenguk Mbah Kadinem, menceritakan kondisi terakhirnya.
“Kondisinya sehat, Mas. Kemarin saya rawat, saya mandikan. Beliau memang butuh perhatian lebih, terutama soal tempat tinggalnya yang sudah tidak layak,” ujar Dwi Susilo kepada Beritapacitan.com, Rabu, 13 Agustus 2025.
Sementara itu, Kepala Desa Wonosidi, Sugeng, menjelaskan bahwa Mbah Kadinem memiliki keterbatasan mental yang mempengaruhi kehidupannya sehari-hari.
“Kalau dikatakan gila ya tidak gila, tapi memang tidak tahu baca-tulis, hitungan, dan ada keterbatasan mental. Dulu dari pihak desa pernah memberi bantuan untuk pembuatan rumah. Peliharaan kambing pun harus diletakkan di dalam rumah. Menurut saya, memang ada gangguan mental,” kata Sugeng saat dikonfirmasi.
Sugeng menegaskan bahwa pihak desa belum pernah merekomendasikan Mbah Kadinem untuk terdaftar sebagai penerima Program Keluarga Harapan (PKH) maupun Bantuan Langsung Tunai (BLT).
Alasannya, bantuan dalam bentuk uang dinilai rawan disalahgunakan oleh pihak lain.
“Karena Mbah Kadinem tidak tahu nominal uang. Jadi lebih aman kalau bantuan diberikan dalam bentuk barang,” jelasnya.
Meski begitu, pihak desa secara berkala memberikan bantuan kebutuhan pokok dan memastikan ada relawan yang sesekali membersihkan rumah Mbah Kadinem.(*)