Beritapacitan.com, PACITAN-Keinginan naik haji ke baitullah sudah tak terbendung. Untuk mengobatinya, kini bisa dicicipi dan rasakan suasana ibadah rukun Islam kelima ini dengan latihan manasik di lapangan Desa Sirnoboyo, Kecamatan/Kabupaten Pacitan.
Tercatat 180an warga antusias mengenakan pakaian ihram layaknya ibadah haji. Mereka melatih diri sambil membayangkan hiruk pikuk kehidupan ala tanah kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Tak pandang usia, para jemaah yang ikut manasik ini mulai usia remaja, dewasa hingga lansia. Jemaah manasik haji tampak dipandu tenaga berpengalaman. Sudah barang tentu bolak-balik mendampingi para tamu Allah di Tanah Suci Mekah.
Mereka praktik memulai ihram dari Miqat yang telah ditentukan. Miqat artinya batas waktu dan tempat melakukan ibadah haji serta umrah. Terdapat dua macam miqat, yaitu miqat zamani (batas waktu) dan miqat makani (batas tempat).
Batas waktu untuk melakukan ibadah haji adalah pada bulan Syawal, Zulkaidah, dan Zulhijah. Sementara itu, batas tempat untuk memulai ibadah haji terletak di beberapa kota dan tergantung dari arah kedatangan jamaah haji.
Adapun pelaksanaan ihram secara urut sebagai berikut:
Mengerjakan mandi sunnah, melakukan wudhu, memakai pakaian ihram, mengerjakan shalat sunnah ihram, mengucapkan niat haji dan Berangkat menuju Arafah dengan membaca talbiyah.
Selanjutnya, jemaah manasik dituntun pembimbing untuk mempraktikkan Wukuf di Arafah pada 9 Zulhijah. Wukuf di Arafah dilaksanakan pada 9 Zulhijah dan dimulai setelah Matahari tergelincir hingga terbit fajar pada 10 Zulhijah atau Hari Raya Idul Adha. Pada pelaksanaan wukuf, terdapat beberapa amalan yang bisa dikerjakan, yaitu:
Mengerjakan sholat dzuhur dan ashar dengan cara qashar dan jamak di awal waktu, mendengarkan khutbah wukuf, memperbanyak doa dan dzikir, membaca Alquran, serta mengerjakan sholat maghrib dan isya dengan cara qashar dan jamak di awal waktu.
Setelah itu, para jemaah manasik diberitahu untuk menginap atau mabit di Muzdalifah. Muzdalifah merupakan tempat yang berada antara Arafah dan Mina. Setelah tengah malam, jemaah haji berangkat dari Arafah menuju Mina.Sesampainya di Muzdalifah, jemaah haji berhenti walaupun sebentar. Amalan ini disebut dengan mabit.
Jamaah haji yang datang sebelum tengah malam, diwajibkan menunggu sampai tengah malam, sebab waktu pelaksanaan mabit adalah dari tengah malam sampai terbit fajar. Di Muzdalifah, ada beberapa amalan yang bisa dikerjakan, di antaranya yakni:
Membaca talbiyah, berdzikir, beristighfar, berdoa, membaca Alquran, dan mencari kerikil sebanyak 7, 49, dan 70 butir.
Lebih lanjut, jemaah manasik melontar jumrah aqabah yang dilaksanakan setelah fajar menyingsing atau siang hari pada tanggal 10 Zulhijah dengan 7 butir kerikil. Jumrah aqabah adalah sebuah tugu batu yang terletak di Bukit Aqabah di Mina.
Setelahnya, jemaah haji menyembelih hewan kurban. Usai melontar jumroh, jemaah diajak untuk bertahallul yang berarti melepaskan diri dari ihram haji setelah mengerjakan amalan-amalan haji. Tahalul dilakukan dalam dua tahap.
Tahallul pertama dilaksanakan setelah selesai melontar jumrah aqabah dengan cara mencukur sekurang-kurangnya tiga helai rambut. Setelahnya, jemaah haji boleh mengerjakan semua hal yang dilarang pada waktu ihram, kecuali melakukan hubungan suami istri.
Kemudian, selesai tahalul pertama jamaah haji yang akan melaksanakan tawaf ifadah dapat langsung menuju Mekkah. Beberapa hal yang dikerjakan di Mekah antara lain:
Masuk ke Masjidil Haram melalui pintu Babussalam, mengerjakan thawaf ifadhah dengan membaca talbiyah, selesai thawaf disunnahkan mencium Hajar Aswad, mengerjakan shalat sunnah dua rakaat di dekat makam Ibrahim, berdoa di Multazam
Mengerjakan shalat sunnah dua rakaat di Hijir Ismail dan mengerjakan sa’i antara Safa dan Marwah sebanyak tujuh kali.
Selesai tahalul, jemaah haji kembali menuju Mina untuk mabit selama hari Tasyrik, yaitu tanggal 11, 12, dan 13 Zulhijah. Setelah Matahari tergelincir pada setiap siang hari Tasyrik, jemaah haji melontar tiga jumrah yang masing-masing sebanyak tujuh kali.
Tiga jumrah tersebut adalah jumrah ula, wusta, dan aqabah. Bagi yang menghendaki, jemaah haji diperbolehkan untuk meninggalkan Mina pada tanggal 12 Dzulhijjah setelah melempar jumrah, hal ini disebut dengan nafar awwal.
Sementara jemaah haji yang meninggalkan Mina pada 13 Dzulhijjah itu lebih sempurna. Dengan demikian, jamaah haji tersebut melontar jumrah selama tiga hari dalam hari Tasyrik yang disebut dengan nafar tsani.
Jika sudah selesai, jemaah haji kembali ke Mekkah yang menandakan seluruh rangkaian ibadah haji sudah selesai.
Selain itu, jemaah haji juga thawaf wada yang berarti perpisahan. Thawaf wada dilakukan setelah selesai mengerjakan semua rangkaian ibadah haji. Kemudian, jemaah haji diperbolehkan pulang ke kampung halaman atau ke Madinah bagi yang belum melakukan ziarah ke makam Nabi Muhammad SAW.
Penyelenggara manasik haji dan umroh, Afid Burhanuddin mengatakan, kegiatan ini rutin dilakukan dan sudah menginjak kali ketiganya. Bahkan, akhir bulan jemaah disewakan bus untuk manasik haji ke Kota Semarang Jateng.
“Manasik ini untuk melatih diri dan memantapkan niat umat muslim yang ingin pergi haji, alhamdulillah tanpa dinyana antusiasnya banyak,” katanya, Minggu (14/5/2023).
Pria yang juga Kepala Taman Pendidikan Alquran Al Barokah (TPA Alba) ini mengungkapkan, kegiatan manasik haji tersebut bermula dari rutinan mushola dan kini berlanjut menjadi agenda tetap.
“Ini bagian dari ikhtiar kami para takmir mushola untuk mengenalkan jemaah kepada ibadah haji dan umroh,” terang Afid.
Sementara itu, peserta manasik haji Eko Hariyono mengaku semangat selama mengikuti kegiatan manasik. Menurutnya, pelatihan tersebut menggugah selera warga untuk pergi ke baitullah.
“Sangat positif. Kami mendukung kegiatan ini. Semoga segera bisa pergi haji ke Mekah,” pungkas pria yang juga menjadi Kepala Desa Sirnoboyo, Pacitan. (yf/Jh/red)